Jumat, 18 Mei 2018

KEPEMIMPINAN KHULAFAURRASYIDIN



BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG MASALAH        
            Perkembangan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat adalah merupakan Agama Islam pada zaman keemasan, hal itu bisa terlihat bagaimana kemurnian Islam itu sendiri dengan adanya pelaku dan faktor utamanya yaitu Rasulullah Saw. Kemudian pada zaman selanjutnya yaitu zaman para sahabat, terkhusus pada zaman Khalifah empat atau yang lebih terkenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin, Islam berkembang dengan pesat dimana hampir 2/3 bumi yang kita huni ini hampir dipegang dan dikendalikan oleh Islam. Hal itu tentunya tidak terlepas dari para pejuang yang sangat gigih dalam mempertahankan dan juga dalam menyebarkan islam sebagai agama Tauhid yang diridhoi.
            Perkembangan islam pada zaman inilah merupakan titik tolak perubahan peradaban kearah yang lebih maju. Maka tidak heran para sejarawan mencatat bahwa islam pada zaman Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin merupakan islam yang luar biasa pengaruhnya.

B.  RUMUSAN MASALAH
       Agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam penyusunan makalah ini, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq
2.      Kepemimpinan Khalifah Umar Bin Khattab
3.      Kepemimpinan Khalifah Usman Bin Affan
4.      Kepemimpinan Khalifah Ali Bin Abi Thalib

C.     TUJUAN PENULISAN
            Adapun tujuan penulisan dalam membahas masalah ini adalah untuk
mengetahui apa yang dimaksud dari rumusan masalah.
BAB II
PEMBAHASAN

MASA AL-KHULAFAU AL-RASYIDUN
A.    KHALIFAH ABU BAKAR AS-SHIDDIQ (632-634 M)
      Proses pengangkatan Abu Bakar menjadi khalifa, mengalami proses yang sangat sukar menemukan pemecahan (alot), dikarenakan tidak adanya wasiat dari Rasulullah SAW tentang siapa yang akan menjsdi kepala pemerintahan sesudahnya, sehingga mereka harus berhati-hati menentukan pilihan yang melanjutkan kepemimpinan yang sudah terbangun dengan susah payah dan dengan pengorbanan yang tak terhingga nilainya.
      Mereka menentukan sikap untuk memilih khalifah di sebuah tempat yang disebut Tsaqifah Bani Saidah.
Ansar dan Muhajirin sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat islam. Namun, karena semngata ukhuwah islamiyah yang tinggi akhirnya Abu Bakar As-Shiddiq terpilih.
Keberhasilan kekhalifahan Abu Bakar As-Shiddiq, diantaranya:
a.       Menumpas nabi-nabi palsu,
b.      Menumpas kaum munafiq,
c.       Menumpas kaum yang membangkang terhadap pembayaran zakat,
d.      Memadamkan gerakan-gerakan anti islam,
e.       Menyelamatkan islam dari situasi anarkis dalam negeri,
f.       Berhasil menjadikan islam sebagai agama besar dunia melalui sikapnya mengalihkan perhatian terhadap upaya penaklukan yang membawa kemenangan gemilang dibeberapa wilayah perbatasab imperium Bizantium.Beliau berusaha mengumpulkan ayat-ayat al-Quran dalam sebuah mushab. Ia adalah wujud dari pribadi muslim yang ideal, cerdas, bijaksana, berbudi luhur, adil, dan tidak memihak.

B.     UMAR BIN KHATTAB (634-643 M)
      Proses pengangkatan Umar Bin Khattab tidak alot seperti pada proses pemilihan Abu Bakar As-Shiddiq, hal ini dikarenakan Abu Bakar As-Shiddiq menyaksikan sendiri alotnya pemilihan pada saat Rasulullah wafat.
Abu Bakar As-Shiddiq menempuh cara dengan menunjuk pengganti yang dianggap sangat ideal dalam memimpin umat, dan ternyata pilihan Abu Bakar As-Shiddiq juga merupakan pilihan umat. Kemudian dibuatkan piagam penunjukan sebelum khalifah Abu Bakar As-Shiddiq wafat.

a.       Perkembangan dan Keberhasilan Umar Bin Khattab
Ketika Umar Bin Khattab menjadi Khalifah, sangat banyak peperangan yang dihadapi, seperti:
1.      Pertempuran Namarraq,
Pertempuran ini dipimpin oleh Abu Ubaidah di Namarraq. Islam menang atas pasukan Persia.
2.      Pertempuran al-Jasr (perang di atas jembatan),
Pada pertempuran ini sekitar 3000 tentara muslim termasuk Abu Ubaidah gugur. Persia di bawah komando panglima Bahman. Pihak muslim lebih dahulu menyerang, sehingga kewalahan sendiri dalam menghadapi gempuran musuh. Hal ini dikarenakan Abu Ubaidah memandang enteng musuh, sehingga strategi perang sudah tidak diabaikan lagi.
3.      Perang Buwaihid,
Umar Bin Khattab sangat terpukul atas kekalahan di Jasr, dengan pasukan yang besar Umar Bin Khattab menyerang Persia di Buwaihid beberapa mil dari kota Kufah. Persia menjadi kocar kacir dan kemudian kalah.
4.      Pertempuran Qadisiya,
Umar Bin Khattab menugaskan Saad Bin Abi Waqqash sebagai panglima perang untuk berhadapan dengan tentara Persia di Qadisiya. Pertempuran ini menyebabkan pasukan Persia kembali mengalami kekalahan setelah bertempur selama tiga hari tiga malam dan jendral Persia yang bernama Rustan tewas terbunuh.
Inilah cikal bakallahirnya Islam di Persia.
5.      Penaklukan Kota Madain,
6.      Penaklukan Syiria,
7.      Penaklukan Mesir.

b.      Faktor-Faktor Pendukung Keberhasilan Ekspansi
1.      Adanya semangat dan golongan moral keagamaan, mereka bersedia gugur di mendan perang untuk membela agamanya.
2.      Nasionalisme Islam sangat kuat dikalangan Arabia.
3.      Sistem kemiliteran Islam lebih kuat dibanding Persia dan Romawi.
4.      Pola hidup mewah dan foya-foya serta dekadensi moral turut mendukung lemahnya semangat juang bangsa Persia dan Romawi.
5.      Antara Persia dan Romawi sendiri sudah lama berperang yang menyebabkan kejenuhan berperang dikalangan mereka tetap muncul.

c.       Kemajuan Yang Berhasil di Capai Umar (Bidang Pemerintahan)
1.      Memperluas kekuasaan Islam
2.      Penetapan kalender bulan Qamariah sebagai perhitungan hari secara resmi dalam Islam dan Hijrah Rasulullah Saw sebagai awal perhitungan tahun baru dalam Islam.
3.      Memperkenalkan administrasi pwmerintahan.
4.      Membentuk konstitusi negara melalui sebuah badan yaitu majlis Suro dab majlis Penasehat.
5.      Memisahkan perkampungan militer dan sipil.
6.      Membentuk gubernur dibeberapa Provinsi.
7.      Membentuk dewan keuangan negara.
8.      Menerapkan sistem penggajian bulanan bagi militer.


C.     KHALIFAH USMAN BIN AFFAN (644-656 M)
a.      Pengangkatan Sebagai Khalifah
       Ketika khalifah Umar Bin Khattab sakit keras, kemudian ia menunjuk Dewan Musyawarah untuk memilih penggantinya kelak yang beranggotakan: Ali Bin Abi Thalib, Usman Bin Affan, Saad Bin Abi Waqqash, Thalhah, Zubair Bin Awwan, dan Abdurrahman Bin Auf.
Semua anggota dewan musyawarah memiliki kapasitas dan keistimewaan yang seimbang.
       Setelah Umar Bin Khattab meninggal, Abdurrahman Bin Auf mempunyai inisiatif agar mengadakan musyawarah dengan meminta pendapat masing-masing anggota musyawarah untuk memilih khalifah pengganti Umar Bin Khattab.
-          Saad Bin Abi Waqqash mendukung Usman Bin Affan,
-          Zubair Bin Awwan mendukung Usman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib sekaligus,
-          Usman Bin Affan mendukung Ali Bin Abi Thalib,
-          Ali Bin Abi Thalib mendukung Usman Bin Affan.
Ali Bin Abi Thalib dan Usman Bin Affan memiliki suara yang seimbang, sementara salah satu anggota dewan musyawarah Thalhah sedang tidak berada di Madinah sehingga Abdurrahman Bin Auf sulit menentukan pilihannnya sendiri. Dikarenakan keduanya memiliki kapasitas yang tinggi sebagai calon pemimpin.
Kemudian, Abdurrahman Bin Auf mengumpulkan pendapat sahabat-sahabat besar lainnya. Mayoritas menghendaki Usman Bin Affan sebagai khalifah. Maka seluruh umat Islam mebai’at Usman Bin Affan.
Ketika Thalhah kembali ke Madinah, Usman Bin Affan menawarkan kepadanya agar bersedia menjadi khalifah, tetapi Thalhah menolak bahkan langsung membai’at Usman Bin Affan.
       Di masa pemerintahan Usman Bin Affan (644-655 M), ia berhasil merebut Armenia, Tunisia, Ciprus, Rhodes, bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan.

b.      Keutamaan Usman Bin Affan:
1.      Dia telah membeli sumur Arumah dan menyerahkannya kepada kaum Muslimin.
2.      Khalifah yang pertama kali memperluas masjid Nabawi.
3.      Penghimpunan al-Qura dalam satu mazhab.
4.      Menyatukan cara membaca al-Quran seperti cara membacanya Nabi Muhammad Saw. yang selama ini terjadi perbedaan cara membaca dibeberapa negara Islam.
5.      Tidak meninggalkan kekayaan sepeninggalannya kecuali dua ekor unta.
6.      Melindungi masyarakat Madinah dari terjangan banjir dengan cara membangun bendungan raksasa, dan mengatur suplai air minumdi Kota Madinah.
7.      Rela mengorbankan jiwa raganya demi persaudaraan umat Islam. Tidak mengeksloitasi umat hanya untuk kepentingannya. 

c.       Penyebab Munculya Huru-Hara
       Dua Belas tahun pemerintahan Usman Bin Affan terjadi fitnah (fitnah kubra) yang mengakibatkan terbunuhnya Usman Bin Affan.
Fitnah ini muncul dikarenakan:
1.      Semakin luasnya kekuasaan islam, yang diwrnai oleh berbagai ras dan bahasa, sehingga sulit menjadikan mereka dalam satu manhaj.
2.      Banyaknya pemeluk Islam yang baru yang belum mengakarnya ajaran Islam pada diri mereka.
3.      Kekayaan umat Islam sangat banyak, sehingga kecenderungan berlaku boros dan kurang peduli dengan keadaan sekitarnya.
4.      Adanya orang Yahudi yang berpura-pura masuk Islam bernama Abdullah Bin Saba’, yang kemudian menaburkan keraguan dan fitnah berkali-kali terhadap khalifah Usman Bin Affan.
Dengan gencarnya Abdullah Bin Saba’ mengajak semua orang untuk menurunkan khalifah dan menggantikannya dengan Ali Bin Abi Thalib.
Mereka juga menuntut untuk menggantikan gubernur Kufah, maka untuk menghindari fitnah yang lebih besar lagi khalifah Usman Bin Affan menggantinya. Setelah itu sejumlah besar manusia menyerbu Madinah untuk mendebat khalifah,
tetapi dihadapan Khalifah dan masyaraat Madinah mereka mendapatkan keerngan yang jelas. Kala itu orang-orang masih menganggap Usman Bin Affan yang terbaik. Maka pulanglah para pemberontk itu dengan tangan hampa.
5.      Siasat licik Abdullah Bin Saba’ dengan membuat surat palsu yang mengatas namakan khalifah, Ali Bin Abi Thalib, dan Aisyah yang isinya bahwa khalifah akan mengundurkn diri Ali Bin Abi Thalib akan menjadi Khalifah.
Serta pernyataan bahwa siapa saja yang tidak setuju terhadap Ali Bin Abi Thalib maka akan dibunuh. Inilah fitnah terbesar yang menggoyahkan umat saat itu dan akibat ini pula khalifah Usman Bin Affan terbunuh.
6.      Persaingan dan permusushan antara keluarga Hasyim dan keluarga Umayyah yang turut memperlemah kekuatan Usman Bin Affan.










D.    KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB (656-661 M)
a.       Proses Pengangkatan Ali Bin Abi Thalib Sebagai Khalifah
       Setelah Usman Bin Affan wafat, Madinah dilanda kekacauan dan anarkis. Kemudian, muncul dari seorang Mesir memberikan prakarsa dukungan kepada Ali Bin Abi Thalib untuk menjadi khalifah.
Zubair Bin Awwan dan Thalhah menuntut agarkhalifah Ali Bin Abi Thalib segera menuntut pembunuh Usman Bin Affan, tetapi Ali Bin Abi Thalib memahami bahwa pembunuhan Usman Bin Affan tidak terlepas dari keberadaan pemberontak di wilayah Kufah, Basyrah, dan Mesir, sehingga jika Ali Bin Abi Thalib menuntut balas kemungkinan akan sulit mencapai stabilitas plitik karena melibatkan tiga wilayah besar tersebut.
Semua gubernur yang diangkat Usman Bin Affan kemudian diganti termasuk gubernur Syiria yaitu Muawiyah, tetapi Muawiyah menolak dengan alasan bahwa yang mengangkatnya bukanUsman Bin Affan melainkan Umar Bin Khattab.
       Ali Bin Abi Thalib yang memiliki sikap dan perangi luhur yang tinggi, ketika Aisyah bersama dengan pengikutnya bermaksud menyerang Ali Bin Abi Thalib, mereka di hadang untuk berunding saja, tetapi Aisyah tidak bersedia, maka ketika Aisyah kewalahan menghadapi kelompok bajingan Ali Bin Abi Thalib, maka Ali Bin Abi Thalib datang untuk menghentikan peperangan dan memperlakukan Aisyah secara terhormat dan penuh keramahan. Kemudian Aisyah dikirim kembali ke Madinah dengan ditemani saudara laki-lakinya Muhammad Bin Abu Bakar.

b.      Kebijakan Ali Bin Abi Thalib
       Ali Bin Abi Thalib merupakan sosok yang kokoh, kuat pendirian dalam membela yang hak. Setelah di bai’at sebagai khalifah, dia cepat mengambil tindakan. Ia segera mengeluarkan perintah yang menunjukkan ketegasan sikapnya, diantaranya:
1.      Memecat beberapa gubernur yang pernah diangkata Usman Bin Affan, mereka adalah Bani Umayyah.
Tindakan ini muncul karena adanya pemberontakan Bani Umayyah yang tidak membai’atnya sebagai khalifah. Hal ini tergambar jelas dari sikap Muawiyah Bin Abi Sofyan yang saat itu menjabat sebagai gubernur Syam. Sedangkan wilayah-wilayah lain telah membai’at Ali Bin Abi Thalib dan kondisi wilayah-wilayah itu sangat kondusif.
2.      Mengembalikan tanah-tanah dan hibah yang demikian besar jumlahnya.

c.       Pemberontakan Muawiyah dan Arbitrase
       Selanjutnya Ali Bin Abi Thalib mendapat pemberontakan dari Syiria.
Muawiyah mengumpulkan sejumlah pasukan, untuk berhadapan dengan Ali Bin Abi Thalib di Siffin.
Saat itu Ali Bin Abi Thalib berusaha mencarikan jalan terbaik agar tidak tejadi pertumpahan darah, tetapi Muawiyah berkeras untuk berperang.
Ketika peperangan berlangsung pihak Muawiyah merasa terdesak, kemudian kemenangan Ali Bin Abi Thalib sudah di depan mata.
Kemudian, muncul akal licik dari Muawiyah atas prakarsa Amru Bin Ash mengangkat Al-Quran pada ujung tombak setinggi-tingginya untuk menyudahi peperangan. Lalu dilanjutkan dengan perundingan Arbitrase dari wakil masing-masing.
Pada perundingan ini pihak Ali Bin Abi Thalib diwakili oleh Abu Musa al-As’ari, sedangkan Muawiyah diwakili oleh Amru Bin Ash.
Perwakilan Muawiyah berhasil memenangkan Arbitrase ini, berarti pihak Ali Bin Abi Thalib kalah.
Sebab hasilnya adalah untuk sementara tidak ada khalifah, dan akan memilih khalifah diluar dari keduanya.
Ali Bin Abi Thalib tidak setuju dengan keputusan tersebut, dan tetap menganggap dirinya sebagai khalifah.

d.      Munculnya Kaum Khawarij
       Kaum Khawarij merupakan kaum yang keluar dari kelompok Ali Bin Abi Thalib karena Ali Bin Abi Thalib menghentikan peperangan yang hampir dimenangkan oleh mereka dengan alasan tidak tepat menghentikan peperangan yang kemengannya sudah di depan mata.
Kaum ini semakin menjadi-jadi kemarahannya kala mendengar Ali Bin Abi Thalib kalah dalam perundingan. Khawarij inilah yang menjadi sumber baru dalam huru-hara yang di hadapi kedua belah pihak.

e.       Muawiyah Rebut Mesir
       Gubernur Mesir dianggap tidak tanggap dalam persoalan politik, sehingga Ali Bin Abi Thalib menggantikannya dengan Muhammad Bin Abu Bakar, yang kemudian terbunuh di tangan Muawiyah.
Kala gubernur mesir terbunuh, maka Mesir dalam genggaman Muawiyah. Sehingga Mesir dan Syiria pada saat itu berada dalam kekuasaan Muawiyah dan wilayah lainnya ada dalam naungan Ali Bin Abi Thalib.
Agar konflik diantara keduanya berakhir, Ali Bin Abi Thalib menerima tawaran itu.

f.       Pembunuhan Terhadap Ali Bin Abi Thalib
       Kaum Khawarij merencanakan pada suatu malam yang bersamaan untuk membunuh Ali Bin Abi Thalib, Muawiyah, dan Amru Bin Ash.
Mereka membagi tugasnya, antara lain:
Abdurrahman Bin Muljam bertugas membunuh Ali Bin Abi Thalib di Kufah, Barak Ibnu Abdillah Attamimi membunuh Muawiyah di Syam Syiria, ‘Amr Bin Bakar At-Tamimi membunuh Amru Bin Ash di Mesir.
       Hanya Muljam yang berhasil membunuh Ali Bin Abi Thalib, ketika beliau sedang memanggil orang-orang untuk bersembahyang.
Mereka yang hadir sempat menangkap Muljam dan membunuhnya.
Barak juga sempat menikam Muawiyah tetapi tikaman itu tidak sampai membuatnya meninggal. Sedangkan, ‘Amr Bin Bakr salah menikam orang karena mengirai yang mengimami jamaah di dubuh itu Amru Bin Ash padahal Habib As Suhami yang tertikam.
Amru Bin Ash kala itu sedang sakit sehingga memerintahkan Kharijah Bin Habib sebagai Imam.
       Dengan demikian berakhirlah riwayat Ali Bin Abi Thalib yang paling fasih, berani, dan yang paling dalam ilmu pengetahuannya diantara pengikut-pengikut Rasulullah Saw.
Kematian Ali Bin Abi Thalib menandai berakhirnya sistem pemerintahan Islam yang demokratis, juga menandai berkembangnya sebuah sekte Islam yang baru, yaitu Khawarij yang cukup berperang dalam mewarnai perjalanan Islam.























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
       Perkembangan sejarah kebudayaan dan peradaban Islam masa Khulafaurrasyidin 632-661 M, diantaranya
a.       Kekhalifahan Abu Bakar As-Shiddiq
b.      Kekhalifahan Umar Bin Khattab
c.       Kekhalifahan Usman Bin Affan
d.      Kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib
B.     Saran
        Karena mengingat pemateri masih ada keterbatasan dalam mencari informasi, diharapkan agar kiranya diberikan kritik yang membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya dapat berjalan dengan baik.














DAFTAR PUSTAKA


Kasidi, Drs.; Sejarah Peradaban Dan Kebudayaan Islam; Gorontalo: IAIN Press Sultan Amai Gorontalo; 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar