BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan Islam pada zaman Nabi
Muhammad SAW dan Para Sahabat adalah merupakan Agama Islam pada zaman keemasan,
hal itu bisa terlihat bagaimana kemurnian Islam itu sendiri dengan adanya
pelaku dan faktor utamanya yaitu Rasulullah Saw. Kemudian pada zaman
selanjutnya yaitu zaman para sahabat, terkhusus pada zaman Khalifah empat atau
yang lebih terkenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin, Islam berkembang dengan
pesat dimana hampir 2/3 bumi yang kita huni ini hampir dipegang dan
dikendalikan oleh Islam. Hal itu tentunya tidak terlepas dari para pejuang yang
sangat gigih dalam mempertahankan dan juga dalam menyebarkan islam sebagai
agama Tauhid yang diridhoi.
Perkembangan islam pada zaman inilah
merupakan titik tolak perubahan peradaban kearah yang lebih maju. Maka tidak
heran para sejarawan mencatat bahwa islam pada zaman Nabi Muhammad dan
Khulafaur Rasyidin merupakan islam yang luar biasa pengaruhnya.
B. RUMUSAN MASALAH
Agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam
penyusunan makalah ini, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar
As-Shiddiq
2. Kepemimpinan Khalifah Umar Bin Khattab
3. Kepemimpinan Khalifah Usman Bin Affan
4. Kepemimpinan Khalifah Ali Bin Abi Thalib
C.
TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dalam
membahas masalah ini adalah untuk
mengetahui
apa yang dimaksud dari rumusan masalah.
BAB II
PEMBAHASAN
MASA AL-KHULAFAU
AL-RASYIDUN
A. KHALIFAH ABU BAKAR AS-SHIDDIQ (632-634
M)
Proses pengangkatan Abu Bakar menjadi khalifa, mengalami proses yang sangat sukar menemukan pemecahan (alot), dikarenakan tidak adanya wasiat dari Rasulullah SAW tentang siapa yang akan menjsdi kepala pemerintahan sesudahnya, sehingga mereka harus berhati-hati menentukan pilihan yang melanjutkan kepemimpinan yang sudah terbangun dengan susah payah dan dengan pengorbanan yang tak terhingga nilainya.
Proses pengangkatan Abu Bakar menjadi khalifa, mengalami proses yang sangat sukar menemukan pemecahan (alot), dikarenakan tidak adanya wasiat dari Rasulullah SAW tentang siapa yang akan menjsdi kepala pemerintahan sesudahnya, sehingga mereka harus berhati-hati menentukan pilihan yang melanjutkan kepemimpinan yang sudah terbangun dengan susah payah dan dengan pengorbanan yang tak terhingga nilainya.
Mereka menentukan sikap untuk memilih khalifah di sebuah tempat
yang disebut Tsaqifah Bani Saidah.
Ansar dan Muhajirin
sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat islam. Namun, karena semngata
ukhuwah islamiyah yang tinggi akhirnya Abu Bakar As-Shiddiq terpilih.
Keberhasilan
kekhalifahan Abu Bakar As-Shiddiq, diantaranya:
a. Menumpas nabi-nabi palsu,
b. Menumpas kaum munafiq,
c. Menumpas kaum yang membangkang terhadap
pembayaran zakat,
d. Memadamkan gerakan-gerakan anti islam,
e. Menyelamatkan islam dari situasi anarkis
dalam negeri,
f. Berhasil menjadikan islam sebagai agama
besar dunia melalui sikapnya mengalihkan perhatian terhadap upaya penaklukan
yang membawa kemenangan gemilang dibeberapa wilayah perbatasab imperium
Bizantium.Beliau berusaha mengumpulkan ayat-ayat al-Quran dalam sebuah mushab.
Ia adalah wujud dari pribadi muslim yang ideal, cerdas, bijaksana, berbudi
luhur, adil, dan tidak memihak.
B.
UMAR BIN KHATTAB (634-643 M)
Proses pengangkatan Umar Bin Khattab tidak alot seperti pada proses pemilihan Abu Bakar As-Shiddiq, hal ini dikarenakan Abu Bakar As-Shiddiq menyaksikan sendiri alotnya pemilihan pada saat Rasulullah wafat.
Proses pengangkatan Umar Bin Khattab tidak alot seperti pada proses pemilihan Abu Bakar As-Shiddiq, hal ini dikarenakan Abu Bakar As-Shiddiq menyaksikan sendiri alotnya pemilihan pada saat Rasulullah wafat.
Abu Bakar As-Shiddiq
menempuh cara dengan menunjuk pengganti yang dianggap sangat ideal dalam
memimpin umat, dan ternyata pilihan Abu Bakar As-Shiddiq juga merupakan pilihan
umat. Kemudian dibuatkan piagam penunjukan sebelum khalifah Abu Bakar As-Shiddiq
wafat.
a. Perkembangan dan Keberhasilan Umar Bin
Khattab
Ketika
Umar Bin Khattab menjadi Khalifah, sangat banyak peperangan yang dihadapi,
seperti:
1. Pertempuran Namarraq,
Pertempuran ini dipimpin
oleh Abu Ubaidah di Namarraq. Islam menang atas pasukan Persia.
2. Pertempuran al-Jasr (perang di atas
jembatan),
Pada pertempuran ini sekitar 3000
tentara muslim termasuk Abu Ubaidah gugur. Persia di bawah komando panglima
Bahman. Pihak muslim lebih dahulu menyerang, sehingga kewalahan sendiri dalam
menghadapi gempuran musuh. Hal ini dikarenakan Abu Ubaidah memandang enteng
musuh, sehingga strategi perang sudah tidak diabaikan lagi.
3. Perang Buwaihid,
Umar Bin Khattab sangat terpukul atas
kekalahan di Jasr, dengan pasukan yang besar Umar Bin Khattab menyerang Persia
di Buwaihid beberapa mil dari kota Kufah. Persia menjadi kocar kacir dan
kemudian kalah.
4. Pertempuran Qadisiya,
Umar Bin Khattab menugaskan Saad Bin Abi
Waqqash sebagai panglima perang untuk berhadapan dengan tentara Persia di
Qadisiya. Pertempuran ini menyebabkan pasukan Persia kembali mengalami
kekalahan setelah bertempur selama tiga hari tiga malam dan jendral Persia yang
bernama Rustan tewas terbunuh.
Inilah cikal bakallahirnya Islam di
Persia.
5. Penaklukan Kota Madain,
6. Penaklukan Syiria,
7. Penaklukan Mesir.
b. Faktor-Faktor Pendukung Keberhasilan
Ekspansi
1. Adanya semangat dan golongan moral
keagamaan, mereka bersedia gugur di mendan perang untuk membela agamanya.
2. Nasionalisme Islam sangat kuat
dikalangan Arabia.
3. Sistem kemiliteran Islam lebih kuat
dibanding Persia dan Romawi.
4. Pola hidup mewah dan foya-foya serta
dekadensi moral turut mendukung lemahnya semangat juang bangsa Persia dan
Romawi.
5. Antara Persia dan Romawi sendiri sudah
lama berperang yang menyebabkan kejenuhan berperang dikalangan mereka tetap
muncul.
c. Kemajuan Yang Berhasil di Capai Umar
(Bidang Pemerintahan)
1. Memperluas kekuasaan Islam
2. Penetapan kalender bulan Qamariah
sebagai perhitungan hari secara resmi dalam Islam dan Hijrah Rasulullah Saw
sebagai awal perhitungan tahun baru dalam Islam.
3. Memperkenalkan administrasi
pwmerintahan.
4. Membentuk konstitusi negara melalui
sebuah badan yaitu majlis Suro dab majlis Penasehat.
5. Memisahkan perkampungan militer dan
sipil.
6. Membentuk gubernur dibeberapa Provinsi.
7. Membentuk dewan keuangan negara.
8. Menerapkan sistem penggajian bulanan
bagi militer.
C.
KHALIFAH USMAN BIN AFFAN (644-656 M)
a.
Pengangkatan
Sebagai Khalifah
Ketika khalifah Umar Bin Khattab sakit
keras, kemudian ia menunjuk Dewan Musyawarah untuk memilih penggantinya kelak
yang beranggotakan: Ali Bin Abi Thalib, Usman Bin Affan, Saad Bin Abi Waqqash,
Thalhah, Zubair Bin Awwan, dan Abdurrahman Bin Auf.
Semua
anggota dewan musyawarah memiliki kapasitas dan keistimewaan yang seimbang.
Setelah Umar Bin Khattab meninggal,
Abdurrahman Bin Auf mempunyai inisiatif agar mengadakan musyawarah dengan
meminta pendapat masing-masing anggota musyawarah untuk memilih khalifah
pengganti Umar Bin Khattab.
-
Saad
Bin Abi Waqqash mendukung Usman Bin Affan,
-
Zubair
Bin Awwan mendukung Usman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib sekaligus,
-
Usman
Bin Affan mendukung Ali Bin Abi Thalib,
-
Ali
Bin Abi Thalib mendukung Usman Bin Affan.
Ali
Bin Abi Thalib dan Usman Bin Affan memiliki suara yang seimbang, sementara
salah satu anggota dewan musyawarah Thalhah sedang tidak berada di Madinah
sehingga Abdurrahman Bin Auf sulit menentukan pilihannnya sendiri. Dikarenakan
keduanya memiliki kapasitas yang tinggi sebagai calon pemimpin.
Kemudian,
Abdurrahman Bin Auf mengumpulkan pendapat sahabat-sahabat besar lainnya.
Mayoritas menghendaki Usman Bin Affan sebagai khalifah. Maka seluruh umat Islam
mebai’at Usman Bin Affan.
Ketika
Thalhah kembali ke Madinah, Usman Bin Affan menawarkan kepadanya agar bersedia
menjadi khalifah, tetapi Thalhah menolak bahkan langsung membai’at Usman Bin
Affan.
Di masa pemerintahan Usman Bin Affan
(644-655 M), ia berhasil merebut Armenia, Tunisia, Ciprus, Rhodes, bagian yang
tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan.
b.
Keutamaan
Usman Bin Affan:
1. Dia telah membeli sumur Arumah dan
menyerahkannya kepada kaum Muslimin.
2. Khalifah yang pertama kali memperluas
masjid Nabawi.
3. Penghimpunan al-Qura dalam satu mazhab.
4. Menyatukan cara membaca al-Quran seperti
cara membacanya Nabi Muhammad Saw. yang selama ini terjadi perbedaan cara
membaca dibeberapa negara Islam.
5. Tidak meninggalkan kekayaan
sepeninggalannya kecuali dua ekor unta.
6. Melindungi masyarakat Madinah dari
terjangan banjir dengan cara membangun bendungan raksasa, dan mengatur suplai
air minumdi Kota Madinah.
7. Rela mengorbankan jiwa raganya demi
persaudaraan umat Islam. Tidak mengeksloitasi umat hanya untuk
kepentingannya.
c.
Penyebab
Munculya Huru-Hara
Dua Belas tahun pemerintahan Usman Bin
Affan terjadi fitnah (fitnah kubra) yang mengakibatkan terbunuhnya Usman Bin Affan.
Fitnah
ini muncul dikarenakan:
1. Semakin luasnya kekuasaan islam, yang
diwrnai oleh berbagai ras dan bahasa, sehingga sulit menjadikan mereka dalam
satu manhaj.
2. Banyaknya pemeluk Islam yang baru yang
belum mengakarnya ajaran Islam pada diri mereka.
3. Kekayaan umat Islam sangat banyak,
sehingga kecenderungan berlaku boros dan kurang peduli dengan keadaan
sekitarnya.
4. Adanya orang Yahudi yang berpura-pura
masuk Islam bernama Abdullah Bin Saba’, yang kemudian menaburkan keraguan dan
fitnah berkali-kali terhadap khalifah Usman Bin Affan.
Dengan gencarnya
Abdullah Bin Saba’ mengajak semua orang untuk menurunkan khalifah dan
menggantikannya dengan Ali Bin Abi Thalib.
Mereka juga menuntut
untuk menggantikan gubernur Kufah, maka untuk menghindari fitnah yang lebih
besar lagi khalifah Usman Bin Affan menggantinya. Setelah itu sejumlah besar
manusia menyerbu Madinah untuk mendebat khalifah,
tetapi dihadapan
Khalifah dan masyaraat Madinah mereka mendapatkan keerngan yang jelas. Kala itu
orang-orang masih menganggap Usman Bin Affan yang terbaik. Maka pulanglah para
pemberontk itu dengan tangan hampa.
5. Siasat licik Abdullah Bin Saba’ dengan
membuat surat palsu yang mengatas namakan khalifah, Ali Bin Abi Thalib, dan
Aisyah yang isinya bahwa khalifah akan mengundurkn diri Ali Bin Abi Thalib akan
menjadi Khalifah.
Serta pernyataan bahwa
siapa saja yang tidak setuju terhadap Ali Bin Abi Thalib maka akan dibunuh.
Inilah fitnah terbesar yang menggoyahkan umat saat itu dan akibat ini pula
khalifah Usman Bin Affan terbunuh.
6. Persaingan dan permusushan antara
keluarga Hasyim dan keluarga Umayyah yang turut memperlemah kekuatan Usman Bin
Affan.
D.
KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB (656-661 M)
a.
Proses
Pengangkatan Ali Bin Abi Thalib Sebagai Khalifah
Setelah Usman Bin Affan wafat, Madinah
dilanda kekacauan dan anarkis. Kemudian, muncul dari seorang Mesir memberikan
prakarsa dukungan kepada Ali Bin Abi Thalib untuk menjadi khalifah.
Zubair
Bin Awwan dan Thalhah menuntut agarkhalifah Ali Bin Abi Thalib segera menuntut
pembunuh Usman Bin Affan, tetapi Ali Bin Abi Thalib memahami bahwa pembunuhan
Usman Bin Affan tidak terlepas dari keberadaan pemberontak di wilayah Kufah,
Basyrah, dan Mesir, sehingga jika Ali Bin Abi Thalib menuntut balas kemungkinan
akan sulit mencapai stabilitas plitik karena melibatkan tiga wilayah besar
tersebut.
Semua
gubernur yang diangkat Usman Bin Affan kemudian diganti termasuk gubernur
Syiria yaitu Muawiyah, tetapi Muawiyah menolak dengan alasan bahwa yang
mengangkatnya bukanUsman Bin Affan melainkan Umar Bin Khattab.
Ali Bin Abi Thalib yang memiliki sikap
dan perangi luhur yang tinggi, ketika Aisyah bersama dengan pengikutnya
bermaksud menyerang Ali Bin Abi Thalib, mereka di hadang untuk berunding saja,
tetapi Aisyah tidak bersedia, maka ketika Aisyah kewalahan menghadapi kelompok
bajingan Ali Bin Abi Thalib, maka Ali Bin Abi Thalib datang untuk menghentikan
peperangan dan memperlakukan Aisyah secara terhormat dan penuh keramahan.
Kemudian Aisyah dikirim kembali ke Madinah dengan ditemani saudara laki-lakinya
Muhammad Bin Abu Bakar.
b.
Kebijakan
Ali Bin Abi Thalib
Ali Bin Abi Thalib merupakan sosok yang
kokoh, kuat pendirian dalam membela yang hak. Setelah di bai’at sebagai
khalifah, dia cepat mengambil tindakan. Ia segera mengeluarkan perintah yang
menunjukkan ketegasan sikapnya, diantaranya:
1. Memecat beberapa gubernur yang pernah
diangkata Usman Bin Affan, mereka adalah Bani Umayyah.
Tindakan ini muncul
karena adanya pemberontakan Bani Umayyah yang tidak membai’atnya sebagai
khalifah. Hal ini tergambar jelas dari sikap Muawiyah Bin Abi Sofyan yang saat
itu menjabat sebagai gubernur Syam. Sedangkan wilayah-wilayah lain telah
membai’at Ali Bin Abi Thalib dan kondisi wilayah-wilayah itu sangat kondusif.
2. Mengembalikan tanah-tanah dan hibah yang
demikian besar jumlahnya.
c.
Pemberontakan
Muawiyah dan Arbitrase
Selanjutnya Ali Bin Abi Thalib mendapat
pemberontakan dari Syiria.
Muawiyah
mengumpulkan sejumlah pasukan, untuk berhadapan dengan Ali Bin Abi Thalib di
Siffin.
Saat
itu Ali Bin Abi Thalib berusaha mencarikan jalan terbaik agar tidak tejadi
pertumpahan darah, tetapi Muawiyah berkeras untuk berperang.
Ketika
peperangan berlangsung pihak Muawiyah merasa terdesak, kemudian kemenangan Ali
Bin Abi Thalib sudah di depan mata.
Kemudian,
muncul akal licik dari Muawiyah atas prakarsa Amru Bin Ash mengangkat Al-Quran
pada ujung tombak setinggi-tingginya untuk menyudahi peperangan. Lalu
dilanjutkan dengan perundingan Arbitrase dari wakil masing-masing.
Pada
perundingan ini pihak Ali Bin Abi Thalib diwakili oleh Abu Musa al-As’ari,
sedangkan Muawiyah diwakili oleh Amru Bin Ash.
Perwakilan
Muawiyah berhasil memenangkan Arbitrase ini, berarti pihak Ali Bin Abi Thalib
kalah.
Sebab
hasilnya adalah untuk sementara tidak ada khalifah, dan akan memilih khalifah
diluar dari keduanya.
Ali
Bin Abi Thalib tidak setuju dengan keputusan tersebut, dan tetap menganggap
dirinya sebagai khalifah.
d.
Munculnya
Kaum Khawarij
Kaum Khawarij merupakan kaum yang keluar
dari kelompok Ali Bin Abi Thalib karena Ali Bin Abi Thalib menghentikan
peperangan yang hampir dimenangkan oleh mereka dengan alasan tidak tepat
menghentikan peperangan yang kemengannya sudah di depan mata.
Kaum
ini semakin menjadi-jadi kemarahannya kala mendengar Ali Bin Abi Thalib kalah
dalam perundingan. Khawarij inilah yang menjadi sumber baru dalam huru-hara
yang di hadapi kedua belah pihak.
e.
Muawiyah
Rebut Mesir
Gubernur Mesir dianggap tidak tanggap
dalam persoalan politik, sehingga Ali Bin Abi Thalib menggantikannya dengan
Muhammad Bin Abu Bakar, yang kemudian terbunuh di tangan Muawiyah.
Kala
gubernur mesir terbunuh, maka Mesir dalam genggaman Muawiyah. Sehingga Mesir
dan Syiria pada saat itu berada dalam kekuasaan Muawiyah dan wilayah lainnya
ada dalam naungan Ali Bin Abi Thalib.
Agar
konflik diantara keduanya berakhir, Ali Bin Abi Thalib menerima tawaran itu.
f.
Pembunuhan
Terhadap Ali Bin Abi Thalib
Kaum Khawarij merencanakan pada suatu
malam yang bersamaan untuk membunuh Ali Bin Abi Thalib, Muawiyah, dan Amru Bin
Ash.
Mereka
membagi tugasnya, antara lain:
Abdurrahman
Bin Muljam bertugas membunuh Ali Bin Abi Thalib di Kufah, Barak Ibnu Abdillah
Attamimi membunuh Muawiyah di Syam Syiria, ‘Amr Bin Bakar At-Tamimi membunuh
Amru Bin Ash di Mesir.
Hanya Muljam yang berhasil membunuh Ali
Bin Abi Thalib, ketika beliau sedang memanggil orang-orang untuk bersembahyang.
Mereka
yang hadir sempat menangkap Muljam dan membunuhnya.
Barak
juga sempat menikam Muawiyah tetapi tikaman itu tidak sampai membuatnya
meninggal. Sedangkan, ‘Amr Bin Bakr salah menikam orang karena mengirai yang
mengimami jamaah di dubuh itu Amru Bin Ash padahal Habib As Suhami yang
tertikam.
Amru
Bin Ash kala itu sedang sakit sehingga memerintahkan Kharijah Bin Habib sebagai
Imam.
Dengan demikian berakhirlah riwayat Ali
Bin Abi Thalib yang paling fasih, berani, dan yang paling dalam ilmu
pengetahuannya diantara pengikut-pengikut Rasulullah Saw.
Kematian
Ali Bin Abi Thalib menandai berakhirnya sistem pemerintahan Islam yang
demokratis, juga menandai berkembangnya sebuah sekte Islam yang baru, yaitu
Khawarij yang cukup berperang dalam mewarnai perjalanan Islam.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan
sejarah kebudayaan dan peradaban Islam masa Khulafaurrasyidin 632-661 M,
diantaranya
a. Kekhalifahan Abu Bakar As-Shiddiq
b. Kekhalifahan Umar Bin Khattab
c. Kekhalifahan Usman Bin Affan
d. Kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib
B. Saran
Karena
mengingat pemateri masih ada keterbatasan dalam mencari informasi, diharapkan
agar kiranya diberikan kritik yang membangun agar dalam pembuatan makalah
selanjutnya dapat berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Kasidi, Drs.; Sejarah Peradaban Dan Kebudayaan Islam; Gorontalo: IAIN Press
Sultan Amai Gorontalo; 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar