BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setelah masalah
penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian kuantitatif
adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil
penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan
penelitian. Teori menjadi salah satu unsur terpenting dan memiliki peranan yang
sangat besar di dalam penelitian karena landasan teoritis merupakan ciri bahwa
penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data. Landasan teori
perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan
sekedar perbuatan coba-coba (trial and error).
Metode penelitian sendiri merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan dan dipelajari dengan penguasaan metode penelitian yang mantap
sehingga para tenaga pengajar dapat menyertakan metode-metode penelitian serta
hal-hal yang berkaitan dengan penelitian dalam bidang yang sedang diajarkan.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
penjelasan latar dibelakang di atas, maka dapat dirumuskan: suatu rumusan
masalah, diantaranya:
1.
Apa yang dimaksud dengan teori?
2.
Bagaimanakah tingkatan dan fokus teori?
3.
Bagaimanakah kegunaan teori dalam penelitian?
4.
Bagaimanakah deskripsi teori dalam metode penelitian?
5.
Bagaimanakah kerangka berfikir dalam metode penelitian?
6.
Apakah yang dimaksud serta bagaimanakah pembagian hipotesis?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan
penyajian makalah ini tidak lain adalah untuk memecahkan apa dan bagaimana cara
penyelesaian persoalan dalam rumusan masalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Teori
Teori adalah seperangkat konstruk
(konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara
sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna
untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena, (Kerlinger, 1978).
Teori adalah
generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan
berbagai fenomena secara sistematik, (Wileam Wiersma, 1986).
Menurut Mark
dalam Sitirahayu Haditono pengertian teori dapat dibedakan menjadi tiga macam
dan berhubungan dengan data empiris, diantaranya:
1.
Teori yang deduktif, adalah teori yang memberikan keterangan yang
dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan
diterangkan.
2.
Teori yang induktif, adalah cara menerangkan dari data ke arah
teori.
3.
Teori yang fungsional, dalam teori ini tampak suatu interaksi
pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi
pembentukan teori dan pembentukan teori kembali memperhatikan data.
Berdasarkan
pengertian teori yang dibedakan menjadi tiga menurut Mark, dapat ditarik
kesimpulan bahwa suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum yang
konseptualisasi ini diperoleh melalui jalan yang sistematis dan harus dapat
diuji kebenarannya.
Teori Mark menurut Habermas mempunyai
dasar empiris, artinya
teori dapat memandang gejala yang dihadapi dari sudut yang berbeda-beda. Misalnya: dapat dengan menerangkan, tetapi dapat pula dengan menganalisa
dan menginterprestasi secara kritis. Misalkan melukiskan suatu konflik
antar generasi yang dilakukan oleh ahli teori yang berpandangan emansipatoris atau berlainan dengan cara melukiskan seorang ahli teori lain yang
tidak berpandangan emansipatoris.
teori dapat memandang gejala yang dihadapi dari sudut yang berbeda-beda. Misalnya: dapat dengan menerangkan, tetapi dapat pula dengan menganalisa
dan menginterprestasi secara kritis. Misalkan melukiskan suatu konflik
antar generasi yang dilakukan oleh ahli teori yang berpandangan emansipatoris atau berlainan dengan cara melukiskan seorang ahli teori lain yang
tidak berpandangan emansipatoris.
Teori
adalah alur logika atau penalaran yang merupakan seperangkat konsep, definisi,
dan proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum teori mempunyai tiga
fungsi, yaitu:
1.
Menjelaskan, misalnya dalam sebuah pertanyaan: ʺmengapa besi jika
terkena panas akan memuai?ʺ (maka, menjawabnya harus dengan menjelaskannya).
2.
Meramalkan, misalnya: ʺjika besi dipanaskan sampai 75˚ C, berapa
pemuaiannya?ʺ (dijawab dengan teori yang berfungsi meramalkan).
3.
Pengendalian, misalnya pertanyaan: ʺberapa jarak sambungan rel
kereta api yang paling sesuai dengan kondisi iklim Indonesia sehingga kereta
api jalannya tidak terganggu karena sambungan?ʺ (maka, menjawabnya harus
menggunakan teori yang berfungsi untuk mengendalikan).
Contoh lainnya
dalam fungsi teori:
Mengapa pendidikan di Indonesia belum menghasilkan SDM yang
berkualitas, dapat dijelaskan melalui teori yang berfungsi menjelaskan. Setelah
SDM tidak berkualitas, maka bagaimana akibatnya terhadap perekonomian dan iptek
nasional, dijawab dengan teori yang berfungsi prediksi. Supaya pendidikan di
Indonesia dapat menghasilkan SDM yang berkualitas, dijawab dengan teori yang
berfungsi pengendalian.
B.
Tingkatan dan Fokus Teori
Numan
mengemukakan teori (level of theory) menjadi tiga yaitu, micro, meso,
and macro. Micro level theory: small slices of time, space, or a number of
people. The concept are usually not very abstract. Meso level theory: attempts
to link macro and micro levels or to operate at an intermediate level. Contoh
teori organisasi dan gerakan sosial, atau komunitas tertentu. Macro level
theory: concerns the operation of larger aggregates such as social
institutions, entire culture systems, and whole societies. It uses more
concepts that are abstract.
Selanjutnya
fokus teori dibedakan menjadi tiga yaitu teori subtantif, teori formal, dan midle
range theory. Subtantive theory is developed for a specific area of social
concern, such as deliquent gangs, strikers, diforce, or ras relation. Formal
theory is developed for a broad conceptual area in general theory, such as
deviance; socialization, or power. Midle ranger theory are slightly more
abstract than empirical generalization or specific hypotheses. Midle range
theories can be formal or subtantive. Midle range theory is principally used in
sociology to guide empirical inquiry.
Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji
melalui pengumpulan data adalah teori subtantif, karena teori ini lebih fokus
berlaku untuk obyek yang akan diteliti.
C.
Kegunaan Teori dalam Penelitian
Wiliam
Wiersma menyatakan bahwa ʺBasically, theory helps provide a frame work by
serving as the point of departure for pursuit of a research problems. The
theory identifies the crucial factors. It provides a guide for systematizing
and interrelating the various facets of research. However, besides providing
the systematic view of the factors under study, the theory also may very well
identify gaps, weak points, and inconsistencies that indicate the need for
additional research. Also, the development of theory may light the way for
continued research on the phenomena under study. Another function of theory is
provide one or more generalization that can be test and used in practical
applications and further researchʺ
Semua
penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal
teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah jelas,
karena teori di sini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti,
sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyusun
instrumen penelitian. Oleh karena itu landasan teori dalam metode penelitian
kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai.
Teori-teori
pendidikan dapat tersusun dalam bentuk pohon. Akar dari ilmu pendidikan
dikembangkan dari: ilmu-ilmu tingkah laku, biologi, fisiologi, psikologi,
sosiologi, antropologi, ekonomi. Selain itu juga dikembangkan dari pengalaman
empiris praktik pendidikan sekolah dan luar sekolah. Cita-cita hidup, agama,
hukum, konstitusi, sejarah dan adat istiadat juga digunakan sebagai dasar untuk
mengembangkan ilmu pendidikan.
Teori-teori
pendidikan dapat dibagi menjadi teori umum pendidikan dan teori khusus
pendidikan. Teori umum pendidikan dapat dibagi menjadi filsafat-filsafat
pendidikan dan Ausland pedagogik (studi pendidikan luar negeri).
Filsafat-filsafat pendidikan dapat dibagi menjadi filsafat ilmu pendidikan dan
filsafat praktek pendidikan. Filsafat praktek pendidikan dapat dibagi menjadi:
filsafat sosial pendidikan, filsafat proses pendidikan. Filsafat proses
pendidikan dapat dibagi menjadi filsafat pendidikan klasik dan filsafat
pendidikan moderen.
D.
Deskripsi Teori
Deskripsi
teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori dan
hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Deskripsi
teori setidaknya berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang
diteliti melalui uraian yang mendalam dan lengkap dari berbagai referensi.
Variabel-variabel yang tidak dapat dijelaskan dengan baik, baik dari segi pengertian
maupun kedudukan dan hubungan antar variabel yang diteliti, menunjukkan bahwa
peneliti tidak menguasai teori dan konteks penelitian.
Langkah-langkah
untuk dapat melakukan pendeskripsian teori, diantaranya:
1.
Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya.
2.
Cari sumber bacaan yang banyak dan relevan dengan setiap variabel
yang diteliti.
3.
Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan
setiap variabel yang akan diteliti. Untuk referensi yang berbentuk laporan
penelitian: lihat penelitian permasalahan yang digunakan, tempat penelitian,
sampel sumber data, teknik pengumpulan data, analisis dan saran yang diberikan.
4.
Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setip sumber
bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih
definisi yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan.
5.
Baca seluruh isi topik buku, analisa, renungkan dan buat rumusan
dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber yang dibaca.
6.
Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke
dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Setiap sumber bacaan yang dikutip
atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus
dicantumkan.
E.
Kerangka Berfikir
Kerangka
berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang akan diteliti.
Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variabel independen dan
dependen (Uma Sekaran: Business Research, 1992).
Kerangka
berfikir dalam suatu penelitian dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut
berkenaan dengan dua variabel atau lebih
secra mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan
deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap
variasi besaran variabel yang diteliti (Sapto Haryoko, 1999).
1.
Langkah-langkah dalam menyusun kerangka pemikiran yang selanjutnya
membuahkan hipotesis adalah sebagai berikut:
a)
Memantapkan variabel yang diteliti,
Untuk
menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun kerangka
berfikir untuk mengajukan hipotesis, maka harus ditetapkan terlebih dahulu
variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel yang diteliti, dan apakah nama
setiap variabel merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan
dikemukakan.
b)
Membaca buku dan hasil penelitian (hp),
Setelah
variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca buku-buku dan hasil
penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapat berbentuk buku teks,
ensiklopedia, dan kamus.
Hasil
penelitian yang dapat dibaca adalah, laporan penelitian, Jurnal ilmiah,
Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
c)
Deskripsi teori dan hasil penelitian (hp),
Dari
buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dikemukakan teori-teori yang
berkenaan dengan variabel yang diteliti. Deskripsi teori berisi tentang
definisi terhadap masing-masing variabel yang diteliti, dan kedudukan antara
variabel satu dengan yang lain dalam konteks penelitian tertentu.
d)
Analisis kritis terhadap teori dan hasil penelitian,
Pada
tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan hasil
penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini, peneliti akan mengkaji
apakah teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu benar-benar
sesuai dengan objek penelitian atau tidak.
e)
Analisis komparatif terhadap teori dan hasil penelitian,
Analisis
komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan yang
lain, dan hasil penelitian satu dengan yang lain, sehingga peneliti dapat
memadukan antara teori satu dengan yang lain, atau mereduksi jika dipandang
terlalu luas.
f)
Sintesa atau kesimpulan,
Selanjutnya
peneliti dapat melakukan sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa
antara variabel satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka
berfikir.
g)
Kerangka berfikir,
Kerangka
berfikir yang dihasilkan dapat berupa kerangka berfikir yang asosiatif atau
hubungan maupun komparatif atau perbandingan. Kerangka berfikir asosiatif
misalnya “Jika guru kompeten, maka hasil belajar akan tinggi”.
h)
Hipotesis,
Berdasarkan
kerangka berfikir tersebut kemudian disusun hipotesis. Bila kerangka berfikir
berbunyi “Jika guru kompeten, maka hasil belajarnya akan tinggi” maka
hipotesisnya berbunyi “ada hubungan yang positif dan signifikan antara
kompetensi guru dengan hasil belajar.”
2.
Uma Sekaran (1992) mengemukakan bahwa kerangka berfikir yang baik,
memuat hal-hal sebagai berikut:
a)
Variabel-variabel yang diteliti harus dijelaskan.
b)
Diskusi dalam kerangka berfikir harus dapat menjelaskan dan
menunjukkan pertautan atau hubungan antar variabel yang diteliti, dan ada teori
yang mendasari.
c)
Diskusi juga harus menujukkan dan mejelaskan apakah hubungan antar
variabel itu positif atau negatif, berbentuk simetris, kausal atau interaktif
(Timbal balik)
d)
Kerangka berfikir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam
bentuk diagram (Paradigma penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami
kerangka pikir yang dikemukakan dalam penelitian.
F.
Hipotesis
Perumusan
hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah
peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Tetapi perlu
diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian
yang bersifat ekploratif dan deskriptif sering tidak perlu merumuskan
hipotesis.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban
teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan
data.
Dalam hal ini, perlu dibedakan pengertian hipotesis penelitian dan
hipotesis statistik. Hipotesis statistik itu ada bila penelitian bekerja dengan
sampel. Jika penelitian tidak tidak menggunakan sampel, maka tidak ada
hipotesis statistik. Dalam suatu penelitian dapat terjadi ada hipotesis
penelitian, tetapi tidak ada hipotesis statistik.
Hipotesis
adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah dan hipotesis yang akan diuji
dinamakan hipotesis kerja. Sebagai lawannya adalah hipotesis nol (nihil),
hipotesis kerja disusun berdasarkan teori yang dipandang handal, sedangkan
hipotesis nol dirumuskan karena teori yang digunakan masih diragukan
kehandalannya. Hipotesis kerja dinyatakan dalam kalimat positif dan hipotesis
nol dinyatakan dalam kalimat negatif.
Contoh hipotesis penelitiannya:
Kemampuan bahasa asing murid SLTA itu rendah (hipotesis deskriptif untuk
populasi, hipotesis ini sering tidak dirumuskan dalam penelitian sosial)
Contoh hipotesis penelitian yang mengandung hipotesis statistik:
Ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar dalam sampel
dengan populasi. Prestasi belajar anak paling tinggi dengan nilai 6,5
(hipotesis deskriptif, sering tidak dirumuskan dalam penelitian).
Dalam hipotesis statistik, yang diuji adalah hipotesis nol,
hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan antara data sampel, dan data
populasi. Yang diuji hipotesis nol karena peneliti tidak berharap ada perbedaan
antara sampel populasi dan atau statistik dan parameter. Parameter adalah
ukuran-ukuran yang berkenaan dengan populasi, dan statistik disini diartikan
sebagai ukuran-ukuran yang berkenaan dengan sampel.
1.
Bentuk-bentuk hipotesis:
Bentuk-bentuk hipotesis penelitian
sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bentuk hipotesis ada tiga,
yaitu:
Hipotesis deskriptif, merupakan jawaban sementara terhadap jawaban deskriptif, yaitu
yang berkenaan dengan variabel mandiri.
Contoh:
a)
Rumusan masalah deskriptif
1)
Berapa lama daya tahan berdiri karyawan toko lulusan SMK?
2)
Seberapa semangat belajar mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri?
b)
Hipotesis deskriptif
Daya tahan berdiri karyawan tokoh lulusan SMK sama dengan 6 jam
perhari (Ho). Ini merupakan hipotesis nol, karena daya tahan berdiri karyawan
lulusan SMK yang ada pada sampel diharapkan tidak berbeda secara signifikan
dengan daya tahan yang ada pada populasi. (ngka 6 jam perhari merupakan angka
hasil pengamatan sementara).
Hipotesis alternatifnya adalah: Daya
tahan karyawan took lulusan SMK ≠ 600 jam. “Tidak sama dengan” ini bias berarti
lebih besar atau lebih kecil dari 600 jam.
c)
Hipotesis statistik
(hanya ada bila berdasarkan data
sampel)
Ho : μ = 6 jam/hari
Ha : μ ≠ 6 jam/hari
μ : adalah nilai rata-rata populasi
yang dihipotesiskan atau ditaksir melalui sampel.
Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau
sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
Contoh:
1.
Rumusan masalah komparatif
Bagaimana
prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X bila dibandingkan dengan
Perguruan Tinggi Y?
2.
Hipotesis komparatif
Berdasarkan rumusan
masalah komparatif tersebut dapat dikemukakam tiga model hipotesis nol dan
alternatif, sebagai berikut:
Hipotesis Nol:
a)
Ho : Tidak terdapat berbedaan preestasi belajar mahasiswa Perguruan
Tinggi X dengan Perguruan Tinggi Y;
atau terdapat persamaan
prestasi belajar mahasiswa
perbedaan
prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X dengan Perguruan Tinggi Y, atau
b)
Ho : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih besar atau
sama dengan (≥) Perguruan Tinggi Y (“lebih besar atau sama dengan” = paling
sedikit).
c)
Ho : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih kecil atau
sama dengan (≤) Perguruan Tinggi Y (“lebih kecil atau sama dengan” = paling
besar).
Hipotesis
Alternatif:
a)
Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan tinggi X lebih besar
(atau lebih kecil) dari Perguruan Tinggi Y.
b)
Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih kecil dari
pada (˂) Perguruan Tinggi Y.
c)
Prestasi belajar Perguruan Tinggi X lebih besar daripada (≥)
Perguruan Tinggi Y.
3.
Hipotesis Statistik
Dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a)
Ho : μ1 = μ2
Ha : μ1 ≠
μ2
b)
Ho : μ1 ≥ μ2
Ha : μ1 ˂ μ2
c)
Ha : μ1 ˃ μ2
Ho : μ1
≤ μ2
Keterangan: μ1
= rata-rata (populasi) produktivitas karyawan PT.X
μ2 = rata-rata (populasi) produktivitas karyawan PT.Y
Hipotesis
Asosiatif
Hipotesis
asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu
yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
1.
Rumusan masalah asosiatif
Adakah hubungan yang positif dan
signifikan antara kepemimpinan kepla sekolah dan iklim kerja sekolah.
2.
Hipotesis penelitian
Terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja sekolah.
3.
Hipotesis Statistik
Ho : ρ = 0, ------ 0 berarti tidak
ada hubungan.
Ha : ρ ≠ 0,
------ “tidak sama dengan nol” berarti lebih besar
atau kurang (-) dari nol berarti
ada hubungan.
Keterangan: ρ = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.
2.
Paradigma penelitian, rumusan masalah dan hipotesis
Paradigma penelitian digunakan sebagai panduan untuk merumuskan
masalah, dan hipotesis penelitiannya, yang selanjutnya dapat digunakan untuk
panduan dalam pengumpulan data dan analisis.
Pada setiap
paradigma penelitian minimal terdapat satu rumusan masalah penelitian, yaitu
masalah deskriptif. Contoh judul penelitian, paradigma, rumusan masalah dan
hipotesis penelitian:
1.
Judul penelitian
Hubungan antara
gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dengan prestasi belajar murid. (gaya
kepemimpinan adalah variabel independen (X) dan prestasi kerja adalah variabel
dependen (Y).)
2.

Paradigma penelitian


![]() |
3.
Rumusan masalah
a)
Seberapa baik gaya kepemimpinan Kepala Sekolah yang ditampilkan?
(Bagaimana X?)
b)
Seberapa baik prestasi belajar siswa? (Bagaimana Y).
c)
Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara gaya
kepemimpinan Kepala Sekolah dengan prestasi belajar siswa? (Adakah hubungan
antara X dan Y?). Butir ini merupakan rumusan masalah asosiatif.
d)
Bila sampel penelitiannya guru golongan III dan IV, maka rumusan
masalah komparatifnya adalah:
a.
Adakah perbedaan persepsi antara guru Golongan III, dan IV tentang
gaya kepemimpinan Kepala Sekolah?
b.
Adakah perbedaan persepsi antara guru Golongan III dan IV tentang
prestasi belajar murid.
4.
Rumusan hipotesis penelitian
a)
Gaya kepemimpinan yang ditampilakan Kepala sekolah (x) ditampilkan
kurang baik, dan nilainya paling tinggi 60% dari kriteria yang diharapkan.
b)
Prestasi belajar murid (Y) kurang memuaskan, dan nilainya paling
tinggi 65.
c)
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya
kepemimpinan Kepala Sekolah dengan prestasi belajar murid, artinya makin baik
kepemimpinan Kepala Sekolah, maka akan semakin baik prestasi belajar murid.
d)
Terdapat perbedaan persepsi tentang gaya kepemimpinan antara
golongan I, II dan III.
e)
Terdapat perbedaan persepsi tentang persepsi kerja antara guru
golongan III dan IV.
Untuk bisa diuji dengan statistik, maka
data yang didapatkan harus diangkatkan. Untuk bisa diangkatkan, maka diperlukan
instrumen yang memiliki skala pengukuran. Untuk judul di atas dua instrumen,
yaitu instrumen gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dan prestasi belajar murid.
Untuk judul penelitian yang berisi dua
variabel independen atau lebih, rumusan masalah penelitiannya akan lebih
banyak, demikian juga rumusan hipotesisnya (lihat bagian paradigma penelitian)
dan di bagian analisis data.
3.
Karakteristik hipotesis yang baik
a)
Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan
keadaan variabel pada bagian sampel, dan merupakan dugaan hubungan tentang hubungan
antara dua variabel atau lebih. (Pada umumnya hipotesis deskriptif tidak
dirumuskan)
b)
Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan
bebagai penafsiran.
c)
Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka diperoleh
kesimpulan:
A.
Teori menjadi salah satu unsur terpenting dan memiliki peranan yang
sangat besar di dalam penelitian karena landasan teoritis merupakan ciri bahwa penelitian
itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.
B.
Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji
melalui pengumpulan data adalah teori subtantif, karena teori ini lebih fokus
berlaku untuk obyek yang akan diteliti.
C.
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti
harus berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus
sudah jelas, karena teori di sini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang
diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk
menyusun instrumen penelitian.
D.
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis
tentang teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang
diteliti.
E.
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang akan diteliti.
F.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban
teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan
data.
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono, Prof.
Dr. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif
dan R & D (Bandung: Cv.
Alfa Beta, 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar