Jumat, 18 Mei 2018

TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN TINJAUAN HIPOTESIS (METODE PENELITIAN)



BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian kuantitatif adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian. Teori menjadi salah satu unsur terpenting dan memiliki peranan yang sangat besar di dalam penelitian karena landasan teoritis merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data. Landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error).
Metode penelitian sendiri merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dan dipelajari dengan penguasaan metode penelitian yang mantap sehingga para tenaga pengajar dapat menyertakan metode-metode penelitian serta hal-hal yang berkaitan dengan penelitian dalam bidang yang sedang diajarkan.
B.            Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar dibelakang di atas, maka dapat dirumuskan: suatu rumusan masalah, diantaranya:
1.             Apa yang dimaksud dengan teori?
2.             Bagaimanakah tingkatan dan fokus teori?
3.             Bagaimanakah kegunaan teori dalam penelitian?
4.             Bagaimanakah deskripsi teori dalam metode penelitian?
5.             Bagaimanakah kerangka berfikir dalam metode penelitian?
6.             Apakah yang dimaksud serta bagaimanakah pembagian hipotesis?
C.           Tujuan Penulisan
Tujuan penyajian makalah ini tidak lain adalah untuk memecahkan apa dan bagaimana cara penyelesaian persoalan dalam rumusan masalah.

BAB II
PEMBAHASAN
A.           Pengertian Teori
          Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena, (Kerlinger, 1978).
Teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik, (Wileam Wiersma, 1986).
Menurut Mark dalam Sitirahayu Haditono pengertian teori dapat dibedakan menjadi tiga macam dan berhubungan dengan data empiris, diantaranya:
1.             Teori yang deduktif, adalah teori yang memberikan keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan.
2.             Teori yang induktif, adalah cara menerangkan dari data ke arah teori.
3.             Teori yang fungsional, dalam teori ini tampak suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali memperhatikan data.
Berdasarkan pengertian teori yang dibedakan menjadi tiga menurut Mark, dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum yang konseptualisasi ini diperoleh melalui jalan yang sistematis dan harus dapat diuji kebenarannya.
          Teori Mark menurut Habermas mempunyai dasar empiris, artinya
teori dapat memandang gejala yang dihadapi dari sudut yang berbeda-beda. Misalnya: dapat dengan menerangkan, tetapi dapat pula dengan menganalisa
dan menginterprestasi secara kritis. Misalkan melukiskan suatu konflik
antar generasi yang dilakukan oleh ahli teori yang berpandangan emansipatoris atau berlainan dengan cara melukiskan seorang ahli teori lain yang
tidak berpandangan emansipatoris.
          Teori adalah alur logika atau penalaran yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum teori mempunyai tiga fungsi, yaitu:
1.             Menjelaskan, misalnya dalam sebuah pertanyaan: ʺmengapa besi jika terkena panas akan memuai?ʺ (maka, menjawabnya harus dengan menjelaskannya).
2.             Meramalkan, misalnya: ʺjika besi dipanaskan sampai 75˚ C, berapa pemuaiannya?ʺ (dijawab dengan teori yang berfungsi meramalkan).
3.             Pengendalian, misalnya pertanyaan: ʺberapa jarak sambungan rel kereta api yang paling sesuai dengan kondisi iklim Indonesia sehingga kereta api jalannya tidak terganggu karena sambungan?ʺ (maka, menjawabnya harus menggunakan teori yang berfungsi untuk mengendalikan).
Contoh lainnya dalam fungsi teori:
Mengapa pendidikan di Indonesia belum menghasilkan SDM yang berkualitas, dapat dijelaskan melalui teori yang berfungsi menjelaskan. Setelah SDM tidak berkualitas, maka bagaimana akibatnya terhadap perekonomian dan iptek nasional, dijawab dengan teori yang berfungsi prediksi. Supaya pendidikan di Indonesia dapat menghasilkan SDM yang berkualitas, dijawab dengan teori yang berfungsi pengendalian.
B.            Tingkatan dan Fokus Teori
Numan mengemukakan teori (level of theory) menjadi tiga yaitu, micro, meso, and macro. Micro level theory: small slices of time, space, or a number of people. The concept are usually not very abstract. Meso level theory: attempts to link macro and micro levels or to operate at an intermediate level. Contoh teori organisasi dan gerakan sosial, atau komunitas tertentu. Macro level theory: concerns the operation of larger aggregates such as social institutions, entire culture systems, and whole societies. It uses more concepts that are abstract.
Selanjutnya fokus teori dibedakan menjadi tiga yaitu teori subtantif, teori formal, dan midle range theory. Subtantive theory is developed for a specific area of social concern, such as deliquent gangs, strikers, diforce, or ras relation. Formal theory is developed for a broad conceptual area in general theory, such as deviance; socialization, or power. Midle ranger theory are slightly more abstract than empirical generalization or specific hypotheses. Midle range theories can be formal or subtantive. Midle range theory is principally used in sociology to guide empirical inquiry.
Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui pengumpulan data adalah teori subtantif, karena teori ini lebih fokus berlaku untuk obyek yang akan diteliti.
C.           Kegunaan Teori dalam Penelitian
Wiliam Wiersma menyatakan bahwa ʺBasically, theory helps provide a frame work by serving as the point of departure for pursuit of a research problems. The theory identifies the crucial factors. It provides a guide for systematizing and interrelating the various facets of research. However, besides providing the systematic view of the factors under study, the theory also may very well identify gaps, weak points, and inconsistencies that indicate the need for additional research. Also, the development of theory may light the way for continued research on the phenomena under study. Another function of theory is provide one or more generalization that can be test and used in practical applications and further researchʺ
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah jelas, karena teori di sini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian. Oleh karena itu landasan teori dalam metode penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai.
Teori-teori pendidikan dapat tersusun dalam bentuk pohon. Akar dari ilmu pendidikan dikembangkan dari: ilmu-ilmu tingkah laku, biologi, fisiologi, psikologi, sosiologi, antropologi, ekonomi. Selain itu juga dikembangkan dari pengalaman empiris praktik pendidikan sekolah dan luar sekolah. Cita-cita hidup, agama, hukum, konstitusi, sejarah dan adat istiadat juga digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan ilmu pendidikan.
          Teori-teori pendidikan dapat dibagi menjadi teori umum pendidikan dan teori khusus pendidikan. Teori umum pendidikan dapat dibagi menjadi filsafat-filsafat pendidikan dan Ausland pedagogik (studi pendidikan luar negeri). Filsafat-filsafat pendidikan dapat dibagi menjadi filsafat ilmu pendidikan dan filsafat praktek pendidikan. Filsafat praktek pendidikan dapat dibagi menjadi: filsafat sosial pendidikan, filsafat proses pendidikan. Filsafat proses pendidikan dapat dibagi menjadi filsafat pendidikan klasik dan filsafat pendidikan moderen.
D.           Deskripsi Teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Deskripsi teori setidaknya berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti melalui uraian yang mendalam dan lengkap dari berbagai referensi. Variabel-variabel yang tidak dapat dijelaskan dengan baik, baik dari segi pengertian maupun kedudukan dan hubungan antar variabel yang diteliti, menunjukkan bahwa peneliti tidak menguasai teori dan konteks penelitian.
Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori, diantaranya:
1.             Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya.
2.             Cari sumber bacaan yang banyak dan relevan dengan setiap variabel yang diteliti.
3.             Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel yang akan diteliti. Untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian: lihat penelitian permasalahan yang digunakan, tempat penelitian, sampel sumber data, teknik pengumpulan data, analisis dan saran yang diberikan.
4.             Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setip sumber bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan.
5.             Baca seluruh isi topik buku, analisa, renungkan dan buat rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber yang dibaca.
6.             Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Setiap sumber bacaan yang dikutip atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.
E.            Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variabel independen dan dependen (Uma Sekaran: Business Research, 1992).
Kerangka berfikir dalam suatu penelitian dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dengan dua variabel atau lebih  secra mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti (Sapto Haryoko, 1999).
1.             Langkah-langkah dalam menyusun kerangka pemikiran yang selanjutnya membuahkan hipotesis adalah sebagai berikut:
a)             Memantapkan variabel yang diteliti,
Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun kerangka berfikir untuk mengajukan hipotesis, maka harus ditetapkan terlebih dahulu variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel yang diteliti, dan apakah nama setiap variabel merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan dikemukakan.
b)             Membaca buku dan hasil penelitian (hp),
Setelah variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca buku-buku dan hasil penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapat berbentuk buku teks, ensiklopedia, dan kamus.
Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah, laporan penelitian, Jurnal ilmiah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
c)             Deskripsi teori dan hasil penelitian (hp),
Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dikemukakan teori-teori yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Deskripsi teori berisi tentang definisi terhadap masing-masing variabel yang diteliti, dan kedudukan antara variabel satu dengan yang lain dalam konteks penelitian tertentu.
d)            Analisis kritis terhadap teori dan hasil penelitian,
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini, peneliti akan mengkaji apakah teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu benar-benar sesuai dengan objek penelitian atau tidak.
e)             Analisis komparatif terhadap teori dan hasil penelitian,
Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan yang lain, dan hasil penelitian satu dengan yang lain, sehingga peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan yang lain, atau mereduksi jika dipandang terlalu luas.
f)              Sintesa atau kesimpulan,
Selanjutnya peneliti dapat melakukan sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara variabel satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka berfikir.
g)             Kerangka berfikir,
Kerangka berfikir yang dihasilkan dapat berupa kerangka berfikir yang asosiatif atau hubungan maupun komparatif atau perbandingan. Kerangka berfikir asosiatif misalnya “Jika guru kompeten, maka hasil belajar akan tinggi”.
h)             Hipotesis,
Berdasarkan kerangka berfikir tersebut kemudian disusun hipotesis. Bila kerangka berfikir berbunyi “Jika guru kompeten, maka hasil belajarnya akan tinggi” maka hipotesisnya berbunyi “ada hubungan yang positif dan signifikan antara kompetensi guru dengan hasil belajar.”
2.              Uma Sekaran (1992) mengemukakan bahwa kerangka berfikir yang baik, memuat hal-hal sebagai berikut:
a)             Variabel-variabel yang diteliti harus dijelaskan.
b)             Diskusi dalam kerangka berfikir harus dapat menjelaskan dan menunjukkan pertautan atau hubungan antar variabel yang diteliti, dan ada teori yang mendasari.
c)             Diskusi juga harus menujukkan dan mejelaskan apakah hubungan antar variabel itu positif atau negatif, berbentuk simetris, kausal atau interaktif (Timbal balik)
d)            Kerangka berfikir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram (Paradigma penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami kerangka pikir yang dikemukakan dalam penelitian.
F.            Hipotesis
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat ekploratif dan deskriptif sering tidak perlu merumuskan hipotesis.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data.
Dalam hal ini, perlu dibedakan pengertian hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis statistik itu ada bila penelitian bekerja dengan sampel. Jika penelitian tidak tidak menggunakan sampel, maka tidak ada hipotesis statistik. Dalam suatu penelitian dapat terjadi ada hipotesis penelitian, tetapi tidak ada hipotesis statistik.
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah dan hipotesis yang akan diuji dinamakan hipotesis kerja. Sebagai lawannya adalah hipotesis nol (nihil), hipotesis kerja disusun berdasarkan teori yang dipandang handal, sedangkan hipotesis nol dirumuskan karena teori yang digunakan masih diragukan kehandalannya. Hipotesis kerja dinyatakan dalam kalimat positif dan hipotesis nol dinyatakan dalam kalimat negatif.
Contoh hipotesis penelitiannya:
Kemampuan bahasa asing murid SLTA itu rendah (hipotesis deskriptif untuk populasi, hipotesis ini sering tidak dirumuskan dalam penelitian sosial)
Contoh hipotesis penelitian yang mengandung hipotesis statistik:
Ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar dalam sampel dengan populasi. Prestasi belajar anak paling tinggi dengan nilai 6,5 (hipotesis deskriptif, sering tidak dirumuskan dalam penelitian).
Dalam hipotesis statistik, yang diuji adalah hipotesis nol, hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan antara data sampel, dan data populasi. Yang diuji hipotesis nol karena peneliti tidak berharap ada perbedaan antara sampel populasi dan atau statistik dan parameter. Parameter adalah ukuran-ukuran yang berkenaan dengan populasi, dan statistik disini diartikan sebagai ukuran-ukuran yang berkenaan dengan sampel.
1.             Bentuk-bentuk hipotesis:
Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bentuk hipotesis ada tiga, yaitu:
Hipotesis deskriptif, merupakan jawaban sementara terhadap jawaban deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri.
Contoh:
a)             Rumusan masalah deskriptif
1)            Berapa lama daya tahan berdiri karyawan toko lulusan SMK?
2)            Seberapa semangat belajar mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri?


b)             Hipotesis deskriptif
Daya tahan berdiri  karyawan tokoh lulusan SMK sama dengan 6 jam perhari (Ho). Ini merupakan hipotesis nol, karena daya tahan berdiri karyawan lulusan SMK yang ada pada sampel diharapkan tidak berbeda secara signifikan dengan daya tahan yang ada pada populasi. (ngka 6 jam perhari merupakan angka hasil pengamatan sementara).
Hipotesis alternatifnya adalah: Daya tahan karyawan took lulusan SMK ≠ 600 jam. “Tidak sama dengan” ini bias berarti lebih besar atau lebih kecil dari 600 jam.
c)             Hipotesis statistik
(hanya ada bila berdasarkan data sampel)
Ho : μ = 6 jam/hari
Ha : μ ≠ 6 jam/hari
μ : adalah nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan atau ditaksir melalui sampel.
Hipotesis Komparatif
          Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda. Contoh:
1.             Rumusan masalah komparatif
Bagaimana prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X bila dibandingkan dengan Perguruan Tinggi Y?
2.             Hipotesis komparatif
Berdasarkan rumusan masalah komparatif tersebut dapat dikemukakam tiga model hipotesis nol dan alternatif, sebagai berikut:
Hipotesis Nol:
a)             Ho : Tidak terdapat berbedaan preestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X dengan Perguruan Tinggi Y;
atau terdapat persamaan prestasi belajar mahasiswa
perbedaan prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X dengan Perguruan Tinggi Y, atau
b)            Ho : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih besar atau sama dengan (≥) Perguruan Tinggi Y (“lebih besar atau sama dengan” = paling sedikit).
c)             Ho : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih kecil atau sama dengan (≤) Perguruan Tinggi Y (“lebih kecil atau sama dengan” = paling besar).
Hipotesis Alternatif:
a)             Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan tinggi X lebih besar (atau lebih kecil) dari Perguruan Tinggi Y.
b)            Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih kecil dari pada (˂) Perguruan Tinggi Y.
c)             Prestasi belajar Perguruan Tinggi X lebih besar daripada (≥) Perguruan Tinggi Y.
3.             Hipotesis Statistik
Dapat dirumuskan sebagai berikut:
a)             Ho : μ1 = μ2
Ha : μ1 ≠ μ2
b)            Ho : μ1 ≥ μ2
         Ha : μ1 ˂ μ2
c)             Ha : μ1 ˃ μ2
Ho : μ1 ≤ μ2
Keterangan: μ1 = rata-rata (populasi) produktivitas karyawan PT.X
           μ2 = rata-rata (populasi) produktivitas karyawan PT.Y
Hipotesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.


1.             Rumusan masalah asosiatif
Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepla sekolah dan iklim kerja sekolah.
2.             Hipotesis penelitian
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja sekolah.
3.             Hipotesis Statistik
Ho : ρ = 0, ------ 0 berarti tidak ada hubungan.
Ha : ρ ≠ 0, ------ “tidak sama dengan nol” berarti lebih besar
                  atau kurang (-)  dari nol berarti ada hubungan.
Keterangan: ρ = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.
2.             Paradigma penelitian, rumusan masalah dan hipotesis
          Paradigma penelitian digunakan sebagai panduan untuk merumuskan masalah, dan hipotesis penelitiannya, yang selanjutnya dapat digunakan untuk panduan dalam pengumpulan data dan analisis.
Pada setiap paradigma penelitian minimal terdapat satu rumusan masalah penelitian, yaitu masalah deskriptif. Contoh judul penelitian, paradigma, rumusan masalah dan hipotesis penelitian:
1.             Judul penelitian
Hubungan antara gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dengan prestasi belajar murid. (gaya kepemimpinan adalah variabel independen (X) dan prestasi kerja adalah variabel dependen (Y).)
2.             Rounded Rectangle: YRounded Rectangle: X



Paradigma penelitian


 


3.             Rumusan masalah
a)             Seberapa baik gaya kepemimpinan Kepala Sekolah yang ditampilkan? (Bagaimana X?)
b)            Seberapa baik prestasi belajar siswa? (Bagaimana Y).
c)             Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dengan prestasi belajar siswa? (Adakah hubungan antara X dan Y?). Butir ini merupakan rumusan masalah asosiatif.
d)            Bila sampel penelitiannya guru golongan III dan IV, maka rumusan masalah komparatifnya adalah:
a.              Adakah perbedaan persepsi antara guru Golongan III, dan IV tentang gaya kepemimpinan Kepala Sekolah?
b.             Adakah perbedaan persepsi antara guru Golongan III dan IV tentang prestasi belajar murid.
4.             Rumusan hipotesis penelitian
a)             Gaya kepemimpinan yang ditampilakan Kepala sekolah (x) ditampilkan kurang baik, dan nilainya paling tinggi 60% dari kriteria yang diharapkan.
b)            Prestasi belajar murid (Y) kurang memuaskan, dan nilainya paling tinggi 65.
c)             Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dengan prestasi belajar murid, artinya makin baik kepemimpinan Kepala Sekolah, maka akan semakin baik prestasi belajar murid.
d)            Terdapat perbedaan persepsi tentang gaya kepemimpinan antara golongan I, II dan III.
e)             Terdapat perbedaan persepsi tentang persepsi kerja antara guru golongan III dan IV.
         Untuk bisa diuji dengan statistik, maka data yang didapatkan harus diangkatkan. Untuk bisa diangkatkan, maka diperlukan instrumen yang memiliki skala pengukuran. Untuk judul di atas dua instrumen, yaitu instrumen gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dan prestasi belajar murid.
         Untuk judul penelitian yang berisi dua variabel independen atau lebih, rumusan masalah penelitiannya akan lebih banyak, demikian juga rumusan hipotesisnya (lihat bagian paradigma penelitian) dan di bagian analisis data.
3.             Karakteristik hipotesis yang baik
a)             Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan keadaan variabel pada bagian sampel, dan merupakan dugaan hubungan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. (Pada umumnya hipotesis deskriptif tidak dirumuskan)
b)             Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan bebagai penafsiran.
c)             Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
 Berdasarkan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan:
A.           Teori menjadi salah satu unsur terpenting dan memiliki peranan yang sangat besar di dalam penelitian karena landasan teoritis merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.
B.            Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui pengumpulan data adalah teori subtantif, karena teori ini lebih fokus berlaku untuk obyek yang akan diteliti.
C.            Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah jelas, karena teori di sini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian.
D.           Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti.
E.            Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang akan diteliti.
F.             Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data.


DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono, Prof. Dr. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
                 Kualitatif dan R & D (Bandung: Cv. Alfa Beta, 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar